Halo, selamat siang! Aku kembali
lagi dengan cerita yang paling baru. Hari sabtu kemarin aku bersama teman-teman
main ke Wisata Alam Batu Mentas. Kami berenam, aku, Iqbal, Mas Enggar, Eki,
Yudhis, dan Pipit, main river tubing di
sungai. Ini adalah pengalaman yang baru bagi aku.
Awalnya itu KPPN mengadakan
sosialisasi dan mengundang satker-satker. Maka dari itu kita bertemu Iqbal dan
Irfan. Iqbal mengajak kami main ke Batu Mentas hari sabtu. “Main tubing yok ntar sabtu,” begitu ajakannya. Oke, kami langsung
mengiyakan ajakannya itu. Secara kami sudah lama ga main bareng mereka karena
mereka sangat sibuk dengan rutinitas SPT tahunan mereka.
Singkat cerita, berangkatlah kami
ke tempat wisata tersebut. Sesampainya kami disana, kami disuruh membayar tiket
masuk sebesar 10.000 rupiah. “Wah masih
sama nih harganya kayak di internet,” pikirku. Tapi ternyata itu hanya tiket masuk. Lain
ceritanya apabila kami mau river tubing.
Kami harus membayar 50.000 rupiah untuk menyewa ban. Sebelumnya kami sudah
tahu, keamanan kami sangat minim. Kami hanya diberi ban untuk bergerak di arus
sungai. Tidak ada pengaman yang lainnya. Tapi yaaa, bakal sebahaya apa sih
sungai itu, pikirku saat itu.
Mulailah perjalanan kami. Kami harus
hiking dulu selama kurang lebih 20
menit. Cukup sulit, mengingat aku hanya memakai sandal crocs kebanggaanku itu. Seharusnya
kami semua memakai sepatu agak kaki kami aman dari duri dan licinnya tanah
lereng bukit. Tapi hal itu tidak menghentikan kami. (Walaupun agak tersendat
karena crocs ku sering lepas -.-“ )
Setelah mendaki bukit, sampailah
kami di tempat tubing. Dengan ban
masing-masing yang kami bawa sendiri, kami mulai mengarungi sungai.
Tepat di depan matamu
Ada sungai mengalir
Luas, sebuah sungai
yang besar
Walaupun gelap dan
dalam
Walaupun arusnya deras
Tidak perlu ketakutan
Walaupun kau terpisah
Ya, tepian pasti ada
Lebih percayalah pada
dirimu~~
Sepertinya lagu JKT48 yang berjudul River ini pas
banget dijadikan backsound petualangan kami kali ini. Awal perjalanan,
sungainya tenang. Lalu pemandu kami mulai memperingati kami. Di depan sudah
mulai deras arusnya. Satu persatu kami ikuti arus tersebut. Ternyata banyak
korban yang jatuh bergelimpangan di level 1 ini. Yudhis bersalto di arus. Katanya
kepalanya terkena batu. Tapi aku sendiri ga tau karena aku sendiri juga jatuh. Lebih
menyedihkan lagi, jam tangannya hilang terseret arus. Duh, mahal padahal jam
tangannya itu. Sayang sekali, sudah dicari-cari pun ga ketemu jam tangannya
itu.
Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan kami
menantang arus. Tantangan kedua kami itu, kami diharuskan untuk melompat dari
ketinggian kurang lebih 2 meter. Oke ini menakutkan. Situasinya mendukung lagi
untuk melakukan lompatan. Hujan yang awalnya rintik-rintik berubah menjadi
hujan deras. Such a perfect yet scary
weather to go tubing! Di kolam renang saja aku ga pernah lompat, apalagi
ini di sungai penuh dengan batu-batu coba. Eki mencoba untuk lompat pertama
kali. Okeh, kelihatannya sih ga terlalu serem. Makanya aku memberanikan diri
untuk lompat juga. Tiba-tiba aja aku merasa menjadi salah satu agent di Running
Man. Aku jadi tahu bagaimana perasaan Yoo Jae Suk saat disuruh terjun di kolam
renang. Semakin lama berada di ujung lompatan, perasaan takut bukannya berkurang
malah bertambah. Sepertinya aku menghabiskan waktu 15 menit lebih berdiri
disitu sebelum akhirnya aku memasrahkan diri pada takdir-Nya. Ternyata, asik
banget lhoo lompat ke air itu! Jadi pengen nyoba lagi di kolam renang hahahha
Setelah aku, Pipit mencoba untuk lompat. Tapi lama
banget ancang-ancangnya. Mungkin ada kali ya 30 menit bolak balik bertanya, “ada jalan lain untuk turun gaaa?” Dan
berkali-kali kami pun menjawab, “Ayo
turun ajaaaa.. Asik lhooo!”
Akhirnya Pipit pun terjun bersama Mas Enggar. Udah
takut aja sih, ntar gimana kalau cuma salah satu yang lompat tapi satunya lagi
tetep di atas. Untungnya pikiranku itu tidak terjadi. Dua-duanya selamat
melompat. Yang terakhir itu Iqbal. Bah, dia juga lama kali mikirnya sebelum
akhirnya lompat. Kata pemandunya saja, sepertinya kelompok kami ini adalah
kelompok yang paling lama menyelesaikan tantangan lompatan ini hahaha.
Setelah tantangan lompatan tadi, kami melewati arus-arus sungai deras
yang selanjutnya. Sampailah kami pada arus yang terakhir. Arus ini lebih deras
daripada sebelumnya, walaupun begitu, mau tidak mau kami harus tetap
melewatinya karena tidak ada jalan lain lagi untuk turun.
Aku adalah yang pertama melewati arus itu karena aku merasa semakin jago
dalam menantang arus. Awalnya aku pikir berhasil tapi ternyata aku kehilangan
keseimbangan. Sebenarnya aku bisa saja membenarkan posisi dudukku, tapi
tiba-tiba Iqbal meluncur ke arahku. Aku ga bisa berbuat apa-apa lagi. Kami berdua
pun terbawa arus. Dan sepertinya aku menarik kaki Iqbal makanya kami berdua
terguling-guling di sungai. Salto di bawah sungai, minum air, lecet karena
kerikil pun kami rasakan. Untungnya kebawa arus sungai, bukan arus samudra. Airnya
pun air tawar, bukan air asin. Menderita banget kalau aku sampai minum air asin
laut.
“Walaupun gelap dan dalam,
walaupun arusnya deras~~~ “
Salto di bawah air itu begitulah rasanya. Gelap, matapun ga bisa
terbuka. Hidung kemasukan air, mulut juga kemasukan lebih banyak air. Rasanya seperti
ga bisa keluar dari air itu. Benar-benar pengalaman yang ga terlupakan. ;)
Before (atas) dan after (bawah) |
Sayang sekali kami ga ada yang punya kamera underwater jadi kami ga bisa mengabadikan momen melewati genangan sungai datar di tengah-tengah hutan amazon. Foto-foto di atas cuma momen sebelum dan setelah river tubing. Semoga aja lain kali kami kembali lagi kesini dengan membawa pasukan yang lebih banyak hehehe.
Pengalaman kami di Batu Mentas benar-benar menarik dan memiliki filosofi
yang mendalam. Hal-hal yang terpintas dalam benakku kali ini adalah.. Bagaimana
cara kita mengatasi ketakutan kita dalam menapaki hidup yang penuh dengan arus,
apakah kita hanya akan terbawa arus atau bisa mempertahankan posisi kita. Apakah
kita masih tetap tergelincir walaupun sudah bersusah payah memperbaiki
keseimbangan dalam hidup. Apakah kita masih terus takut menghadapi lompatan
masalah yang pasti akan ada dalam lika liku perjalanan hidup, padahal apabila
telah dijalani, ternyata masalah itu bukan masalah yang besar.
Pertanyaan sekaligus pernyataan ini menyatakan bahwa hidup kita pasti
penuh dengan tantangan dan masalah. Semuanya kembali lagi pada kita, apakah
kita akan terus takut menghadapi masalah atau maju melawan masalah tersebut.
It was all depend on you,
your mind, and your heart. They have to be one. So, believe in yourself that
you can conquer the world, no matter who you are. Even the tiniest pebble could
rock the lake.
Jadi, ini Hari Sabtuku, bagaimana dengan kalian? :)